Memberi Cahaya Mudah Saat Ada Musibah Bencana
Segala puji bagi Allah Zat yang udah menciptakan kematian dan kehidupan di di di dalam rangka menguji manusia siapakah di terhadap mereka yang paling baik amalnya. Zat yang udah mengutus Rasul-Nya dengan dengan hidayah dan agama yang benar untuk dimenangkan di atas semua agama yang ada. Sholawat beriring salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi pembawa rahmah beserta keluarga dan teman akrab juga semua pengikut mereka yang setia sampai tegaknya kiamat di alam semesta. Amma ba’du.Saudaraku. Semoga Allah melimpahkan taufik untuk menggapai cinta dan ridho-Nya kepadaku dan dirimu. Perjalanan kehidupan kerap kadang membawamu terperosok dan jatuh di
dalam banyak ragam kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu menjadi berat bagimu. Dadamu seolah-olah menjadi sesak. Bumi yang begitu luas terhampar seolah-olah menjadi sempit
bagimu. Apakah keadaan ini bisa membawamu berputus asa wahai saudaraku, jangan. Akan tetapi bersabarlah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan dengan kesabaran. Jalan terlihat beriringan dengan dengan kesukaran. Dan sehabis tersedia problem itu bisa berkunjung kemudahan.” (Hadits riwayat Abdu bin Humaid di di di di dalam Musnad-nya dengan dengan no 636, Ad Durrah As Salafiyyah hal. 148)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam udah melukiskan kepada umatnya bahwa kesabaran itu bak sebuah sinar yang panas. Dia beri tambahan info di sekelilingnya bisa tetapi sesungguhnya menjadi panas menyengat di di di di dalam dad Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ta’ala sebabkan sebuah bab di di di di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab: Bersabar di di di dalam hadapi takdir Allah juga cabang keimanan kepada Allah).
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala memperlihatkan di di di dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini:“Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di di di di dalam agama). Ia juga tidak benar satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan bagian badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak bisa terealisasi tanpa kesabaran. Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syariat (untuk mengerjakan sesuatu), atau berbentuk larangan syariat (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berbentuk ujian di di di dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba agar dia senang bersabar selagi menghadapinya.
Maka hakikat penghambaan adalah tunduk lakukan perintah syariat dan juga menjauhi larangan syariat dan bersabar hadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hambaNya. Dengan demikian ujian itu bisa lewat sarana ajaran agama dan lewat sarana ketetapan takdir. Adapun ujian dengan dengan ajaran agama sebagaimana tercermin di di di dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di di di di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim berasal berasal dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ‘Allah ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku mengutusmu di di di dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dengan dirimu.’ Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan terdapatnya ujian menyadari perlu sikap sabar di di di dalam menghadapinya. Ujian yang tersedia dengan dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan dengan bentuk perintah dan larangan.
Untuk lakukan banyak ragam kewajiban pasti saja diperlukan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan banyak ragam larangan diperlukan bekal kesabaran. Begitu pula selagi hadapi ketetapan takdir kauni (yang menyakitkan) pasti juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh dikarenakan itulah beberapa ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar di di di dalam berbuat taat, sabar di di di dalam menghambat diri berasal berasal dari maksiat dan sabar tatkala terima takdir Allah yang menjadi menyakitkan.”
Karena sangat minimal dijumpai orang yang bisa bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun sebabkan sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan di di di dalam rangka memperlihatkan bahwasanya sabar juga bagian berasal berasal dari kesempurnaan tauhid. Sabar juga kewajiban yang perlu dilakukan oleh hamba, agar ia pun bersabar menjamin ketetapan takdir Allah. Ungkapan rasa marah dan tak senang sabar itulah yang banyak terlihat di di di dalam diri orang-orang tatkala mereka menggapai ujian berbentuk ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau sebabkan bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah tentang yang perlu dilakukan tatkala tertimpa takdir yang menjadi menyakitkan. Dengan tentang itu beliau juga meminta beri tambahan penegasan bahwa bersabar di di di dalam rangka menggerakkan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.
Secara bhs sabar bermakna tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si Fulan dibunuh di di di dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada di di di dalam tahanan atau tengah diikat sehabis itu dibunuh, tanpa tersedia perlawanan atau peperangan. Dan demikian inti makna kesabaran yang dipakai di di di dalam pengertian syar’i. Ia disebut sebagai sabar dikarenakan di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menghambat hati untuk tidak menjadi marah dan menghambat bagian badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan di di di dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut makna syariat, sabar artinya: “Menahan lisan berasal berasal dari mengeluh, menghambat hati berasal berasal dari marah dan menghambat bagian badan berasal berasal dari menampakkan kemarahan dengan dengan langkah merobek-robek suatu tentang dan tindakan lain semacamnya.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di di di di dalam Al Quran kata sabar disebutkan di di di dalam 90 daerah lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran di di di dalam menggerakkan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat dan juga tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan.”
Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: Salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala hadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu membawa cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang. Maka dengan dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau meminta beri tambahan penegasan bahwa sabar juga tidak benar satu cabang keimanan. Beliau juga beri tambahan penegasan lewat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang memperlihatkan bahwa niyaahah (meratapi mayat) itu juga juga tidak benar satu cabang kekufuran. Sehingga tiap-tiap cabang kekafiran itu perlu dihadapi dengan dengan cabang keimanan. Meratapi mayat adalah sebuah cabang kekafiran maka dia perlu dihadapi dengan dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang menjadi menyakitkan.” (At Tamhiid, hal. 389-391). Ridha Terhadap Musibah Melahirkan Hidayah Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Tidaklah tersedia sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah bisa beri tambahan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha menyadari segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11)
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di di di di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala mengumumkan bahwa semua musibah yang menimpa seorang individu di terhadap umat manusia, baik yang tentang dengan dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya cuma bisa berlangsung dengan dengan dikarenakan takdir berasal berasal dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini berlangsung dengan dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah bisa beri tambahan taufik kepadanya agar bisa untuk menjadi ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya dikarenakan percaya terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha menyadari segala tentang yang bisa sebabkan hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut ulang maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).Alqamah, tidak benar seorang pembesar tabi’in, mengatakan, “Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.”
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala memperlihatkan di di di dalam penjelasannya tentang perkataan Alqamah ini:“Ini merupakan tafsir berasal berasal dari Alqamah -salah seorang tabi’in (murid sahabat)- terhadap ayat ini. Ini merupakan penafsiran yang benar dan lurus. Hal itu disebabkan
firman-Nya, ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah bisa beri tambahan hidayah ke di di di dalam hatinya,’ disebutkan di di di dalam konteks ditimpakannya musibah
sebagai ujian bagi hamba. ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah,’ bermakna ia mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dan lakukan perintah-Nya dan juga menjauhi larangan-Nya.
‘Niscaya Allah bisa beri tambahan hidayah ke di di di dalam hatinya,’ yaitu agar bersabar. ‘Allah bisa beri tambahan hidayah ke di di di dalam hatinya’ agar tidak menjadi marah dan tidak terima. ‘Allah bisa beri tambahan hidayah ke di di di dalam hatinya,’ yaitu untuk menunaikan banyak ragam macam ibadah. Oleh dikarenakan itulah beliau (Alqamah) berkata, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dikarenakan dia menyadari bahwa musibah itu berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.’ Inilah kandungan iman kepada Allah; ridho dan pasrah kepada Allah.” (At Tamhiid, hal. 391-392).
Dari ayat di atas kita bisa memetik banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah: Keburukan itu juga juga perkara yang udah ditakdirkan tersedia oleh Allah, sebagaimana halnya kebaikan. Penjelasan agungnya nikmat iman. Iman itulah yang menjadi dikarenakan hati bisa menggapai hidayah dan merasakan ketenteraman diri. Penjelasan tentang ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Balasan suatu kebaikan adalah kebaikan lain sesudahnya.Hidayah taufik merupakan hak prerogatif Allah ta’ala. (Al Jadiid, hal. 314). Hukum Merasa Ridho Terhadap Musibah Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala menjelaskan:“Hukum menjadi ridha dengan dengan terdapatnya musibah adalah mustahab (sunnah), bukan wajib. Oleh dikarenakan itu banyak orang yang tersedia problem membedakan terhadap ridho dengan dengan sabar.
Sedangkan analisis yang pas untuk itu adalah sebagai berikut. Bersabar hadapi musibah hukumnya wajib, dia adalah tidak benar satu kewajiban yang perlu ditunaikan. Hal itu dikarenakan di di di di dalam sabar terkandung meninggalkan sikap marah dan tidak terima terhadap ketetapan dan takdir Allah. Adapun ridho punya dua sudut pandang yang berlainan:Sudut pandang pertama, terarah kepada tingkah laku Allah jalla wa ‘ala. Seorang hamba menjadi ridho terhadap tingkah laku Allah yang menyita alih ketetapan terjadinya segala sesuatu. Dia menjadi ridho dan senang dengan dengan tingkah laku Allah. Dia menjadi senang dengan dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah. Dia menjadi ridho terhadap bagian bagian yang didapatkannya berasal berasal dari Allah jalla wa ‘ala. Rasa ridho terhadap tingkah laku Allah ini juga tidak benar satu kewajiban yang perlu ditunaikan. Meninggalkan perasaan itu hukumnya haram dan menafikan kesempurnaan tauhid (yang perlu ada).
Sudut pandang kedua, terarah kepada perihal yang diputuskan, yaitu terhadap musibah itu sendiri. Maka hukum menjadi ridho terhadapnya adalah mustahab. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho dengan dengan sakit yang dideritanya. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho dengan dengan dikarenakan kehilangan anaknya. Bukan kewajiban atas hamba untuk menjadi ridho dengan dengan dikarenakan kehilangan hartanya. Namun tentang ini hukumnya mustahab (disunahkan).Oleh dikarenakan itu di di di dalam konteks sehabis itu (ridho yang hukumnya wajib) Alqamah mengatakan, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal berasal berasal dari faktor Allah maka dia pun menjadi ridha’ yaitu menjadi senang terhadap ketetapan Allah ‘dan ia bersikap pasrah’ dikarenakan ia menyadari musibah itu datangnya berasal berasal dari faktor (perbuatan) Allah jalla jalaaluhu. Inilah tidak benar satu ciri keimanan.” (At Tamhiid, hal. 392-393).
Hikmah yang Tersimpan di Balik Musibah yang Disegerakan Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah meminta kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan kecuali Allah meminta keburukan terhadap hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas dosanya itu
hingga dibayarkan di selagi hari kiamat.” (Hadits riwayat At Tirmidzi dengan dengan no 2396 di di di di dalam Az Zuhud. Bab tentang kesabaran hadapi musibah. Beliau mengatakan: hadits ini hasan gharib. Ia juga diriwayatkan oleh Al Haakim di di di dalam Al Mustadrak (1/349, 4/376 dan 377). Ia tercantum di di di dalam Ash Shahihah karya Al Albani dengan dengan no 1220).“Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia menjadi dikarenakan dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran agar orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap ulang taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala dan juga memalingkan ketergantungan hatinya berasal berasal dari
sesama makhluk, dan banyak ragam maslahat agung lainnya yang terlihat karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh Allah sebagai dikarenakan penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini juga nikmat yang paling agung. Maka semua musibah terhadap hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali kecuali musibah itu sebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus di di di dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum selagi bakal bisa tertimpa. Apabila itu yang berlangsung maka ia menjadi keburukan baginya, kecuali ditilik berasal berasal dari sudut pandang musibah yang menimpa agamanya.Sesungguhnya tersedia di terhadap orang-orang yang kecuali mendapat ujian dengan dengan kemiskinan, sakit atau terluka justru sebabkan munculnya sikap munafik dan protes di di di dalam dirinya, atau terutama penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan beberapa kewajiban yang dibebankan padanya dan menjadi berkubang dengan dengan banyak ragam tentang yang diharamkan agar berakibat menjadi membahayakan agamanya. Maka bagi orang semacam ini kebugaran lebih baik baginya. Hal ini kecuali ditilik berasal berasal dari faktor
pengaruh yang timbul sehabis dia mengalami musibah, bukan berasal berasal dari faktor musibahnya itu sendiri. Sebagaimana halnya orang yang dengan dengan musibahnya bisa melahirkan sikap sabar dan tunduk lakukan ketaatan, maka musibah yang menimpa orang semacam ini sesungguhnya adalah nikmat diniyah. Musibah itu sendiri berlangsung sesuai dengan dengan ketetapan Robb ‘azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah ta’ala Maha terpuji dikarenakan perbuatan-Nya tersebut. Barang siapa yang diuji dengan dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus dikarenakan itu maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang berasal berasal dari Allah). Dan kecuali dia memuji Robbnya atas musibah yang menimpanya niscaya dia juga bisa menggapai pujian-Nya.“Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) berasal berasal dari Rabb mereka dan menggapai curahan rahmat.” (QS. Al Baqoroh: 157)
Ampunan berasal berasal dari Allah atas dosa-dosanya juga bisa didapatkan, begitu pula derajatnya pun bisa terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya perlu ini niscaya dia bisa menggapai balasan-balasan tersebut.” Selesai perkataan Syaikhul Islam dengan dengan ringkas (lihat Fathul Majiid, hal. 353-354).Dari hadits di atas kita bisa memetik beberapa pelajaran berharga, yaitu:Penetapan bahwa Allah punya pembawaan Iradah (berkehendak), udah pasti yang sesuai dengan dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.Kebaikan dan keburukan sama-sama udah ditakdirkan berasal berasal dari Allah ta’ala.Musibah yang menimpa orang mukmin juga tanda kebaikan. Selama tentang itu tidak sebabkan dirinya meninggalkan kewajiban atau lakukan yang diharamkan.
Hendaknya kita menjadi khawatir dan waspada terhadap nikmat dan kebugaran yang selama ini tetap kita rasakan.Wajib berprasangka baik kepada Allah atas ketetapan takdir tidak mengenakkan yang udah diputuskan-Nya berlangsung terhadap diri kita.Pemberian Allah kepada seseorang bukanlah perlu bermakna Allah meridhoi orang tersebut. (Al Jadiid, hal. 320 dengan dengan sedikit penyesuaian redaksional). Balasan Bagi Orang-Orang Yang Sabar
Allah ta’ala berfirman, “Sungguh Kami bisa menguji kalian dengan dengan sedikit rasa takut, kelaparan dan juga kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang kecuali tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kita ini berasal berasal berasal dari Allah, dan kita juga bisa ulang kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang bisa menggapai ucapan sholawat (pujian) berasal berasal dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang menggapai hidayah.” (QS Al Baqoroh: 155-157)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berbicara di di di di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini memperlihatkan bahwa barang siapa yang tidak bersabar maka dia berhak terima lawan darinya, berbentuk celaan berasal berasal dari Allah, siksaan, kesesatan dan juga kerugian. Betapa jauhnya perbedaan terhadap kedua golongan ini. Betapa kecilnya keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar kecuali dibandingkan dengan dengan besarnya penderitaan yang perlu ditanggung oleh orang-orang yang protes dan tidak bersabar…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 76).
Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar: 10)Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berbicara di di di di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini berlaku umum untuk semua style kesabaran. Sabar di di di dalam hadapi takdir Allah yang menjadi menyakitkan, yaitu hamba tidak menjadi marah karenanya. Sabar berasal berasal dari kemaksiatan kepada-Nya, yaitu dengan dengan langkah tidak berkubang di dalamnya. Bersabar di di di dalam lakukan ketaatan kepada-Nya, agar dia pun menjadi lapang di di di dalam melakukannya. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, bermakna tanpa batasan tertentu maupun angka tertentu ataupun ukuran tertentu. Dan tentang itu tidaklah bisa diraih kecuali disebabkan dikarenakan begitu besarnya keutamaan pembawaan sabar dan agungnya kedudukan sabar di faktor Allah, dan memperlihatkan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 721).Semoga Allah memasukkan kita di kalangan hamba-hambaNya yang sabar. Wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
https://wiki.lspdfr.de/index.php?title=Try_Out_Some_Of_This_Fantastic_Dwelling_Safety_Advice..._Info_Num_50_Of_461
https://cosmichorizon.us/index.php?title=Exceptional_Home_Security_Recommendations_That_ll_Boost_Your_Protection_..._Tip_Num_3_From_662
https://communityaction.wiki/index.php?title=What_Will_Make_A_Great_Property_Protection_Organization..._Information_Number_12_From_55
http://edg.imfdb.org/wiki/Suggestions_House_Owners_Should_Know_About_Home_Safety..._Advice_Number_35_From_107
https://gcri.wiki/index.php?title=Magnificent_Property_Safety_Advice_Everybody_Ought_To_Know..._Advice_Number_5_From_991
https://climatewiki.eco/index.php/Great_Home_Security_Suggestions_That_ll_Improve_Your_Protection_..._Tip_Num_43_Of_247
https://riverview.legal/index.php/How_To_Really_Feel_Peaceful_In_Your_Residence..._Info_Number_28_Of_934
http://libresprite.org/wiki/index.php/Fantastic_Household_Safety_Strategies_That_ll_Raise_Your_Protection_..._Info_Num_38_Of_191
https://cosmichorizon.us/index.php?title=Guidelines_To_Continue_To_Keep_You_And_Your_Dwelling_Protected..._Advice_Num_2_Of_639
https://indiwiki.udata.id/mediawiki/index.php?title=Recommendations_That_Will_Make_You_Experience_Harmless_In_Your_Household..._Tip_Num_8_Of_226
https://cosmichorizon.us/index.php?title=Exceptional_Home_Security_Recommendations_That_ll_Boost_Your_Protection_..._Tip_Num_3_From_662
https://communityaction.wiki/index.php?title=What_Will_Make_A_Great_Property_Protection_Organization..._Information_Number_12_From_55
http://edg.imfdb.org/wiki/Suggestions_House_Owners_Should_Know_About_Home_Safety..._Advice_Number_35_From_107
https://gcri.wiki/index.php?title=Magnificent_Property_Safety_Advice_Everybody_Ought_To_Know..._Advice_Number_5_From_991
https://climatewiki.eco/index.php/Great_Home_Security_Suggestions_That_ll_Improve_Your_Protection_..._Tip_Num_43_Of_247
https://riverview.legal/index.php/How_To_Really_Feel_Peaceful_In_Your_Residence..._Info_Number_28_Of_934
http://libresprite.org/wiki/index.php/Fantastic_Household_Safety_Strategies_That_ll_Raise_Your_Protection_..._Info_Num_38_Of_191
https://cosmichorizon.us/index.php?title=Guidelines_To_Continue_To_Keep_You_And_Your_Dwelling_Protected..._Advice_Num_2_Of_639
https://indiwiki.udata.id/mediawiki/index.php?title=Recommendations_That_Will_Make_You_Experience_Harmless_In_Your_Household..._Tip_Num_8_Of_226
No comments for "Memberi Cahaya Mudah Saat Ada Musibah Bencana"
Post a Comment